MENGAPA HARUS MENJADI GURU?

Main Article Content

Sudirman Siahaan

Abstract

Banyak istilah atau ungkapan yang sering diberikan untuk memaknai keberadaan guru. Beberapa di antaranya yang dapat dicatat adalah yang mengatakan bahwa “Guru adalah sosok yang patut ditiru dan diguguâ€, “Guru adalah panutan masyarakatâ€, “Guru adalah orang tempat bertanyaâ€, “Guru yang bermutu menghasilkan bangsa yang bermutuâ€, dan “Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasaâ€. Pada umumnya, semua ungkapan atau pernyataan mengenai guru dirasakan sangatlah menyenangkan dan sungguh-sungguh apresiatif. Namun, apabila ditanyakan kepada para guru, boleh jadi mereka akan mengatakan bahwa yang penting adalah kenyataannya. Untuk apa semanis madu, setinggi apa pun rasa pujian apabila dalam kenyataannya, para guru belum merasakan konkritisasinya dalam kehidupan sehari-hari mereka. Memang sampai dengan tahun 1970-an, profesi guru dirasakan sebagai profesi panggilan yang benar-benar menjadi pekerjaan pilihan atau idaman (selected profession). Dalam kaitan ini, pertanyaan tentang “Mengapa harus menjadi guru?†menjadi suatu pertanyaan yang menarik dan menggugah perhatian setidak-tidaknya bagi kalangan masyarakat yang peduli terhadap profesi guru. Mengapa kemudian, pertanyaan yang sama ini cenderung menjadi pertanyaan yang kurang atau bahkan tidak lagi menarik atau menggugah perhatian? Namun, akhir-akhir ini setidak-tidaknya pertanyaan yang lebih menarik perhatian dan juga mungkin menggugah perhatian adalah “Mengapa tidak harus menjadi guru?â€. Tulisan ini mencoba memberikan kajian singkat tentang berbagai aspek yang berkaitan dengan keberadaan guru dengan harapan akan dapat menjadi bahan pemikiran untuk pembahasan lebih lanjut.

Article Details

How to Cite
Siahaan, S. (2018). MENGAPA HARUS MENJADI GURU?. Jurnal Teknodik, 10(19), 099–121. https://doi.org/10.32550/teknodik.v10i19.395
Section
Articles